Senin, 15 Oktober 2012

tugas sotkill perilaku konsumen Nur Rahmi Mardiyah 152110144 3EA15

Nama : Nur Rahmi Mardiyah Npm : 15210144 Kelas : 3ea15 Psikologi Konsumen Psikologi konsumen adalah hubungan antara penciptaan suatu produk dan peluang penggunaannya oleh individu dengan proses-proses mental (psikologis) yaitu meliputi pemahaman tentang proses psikologi dalam diri konsumen sebagai individu maupun kelompok, aspek-aspek psikologi yang dipertimbangkan dalam strategi pemasaran/distribusi produk, riset pemasaran dalam konteks psikologi. Dalam Ilmu Ekonomi Mikro yang dimaksud dengan konsumen kegiatan konsumen adalah seseorang atau kelompok yang melakukan serangkaian kegiatan konsumsi barang atau jasa. Pengertian lain tentang konsumen adalah orang atau sesuatu yang membutuhkan, menggunakan dan memanfaatkan barang atau jasa. Konsumen biasa memiliki kebiasaan dan tingkah laku yang berbeda-beda. Psikologi konsumen berakar pada psikologi periklanan dan penjualan. Pada psikologi konsumen tercakup penelitian tentang konsumen sebagai pembeli dan konsumen sebagai pemakai, serta sebagai sumber data dari pengetahuan perilaku dasar. Masing-masing metode yang digunakan dalam psikologi konsumen memiliki keluasan perbedaan dalam hal disain eksperimentalnya, subjek yang diteliti, prosedur pengumpulan data, dan instrumen instrumennya. Ada 6 kategori utama penelitian yang digunakan yaitu: a. Efektivitas pengujian periklanan b. Survei, pendapat konsumen c. Penilaian sikap konsumen melalui rating scale dan projective to techniques d. Pembagian pasar psikologis e. Pengujian produk f. Studi perilaku konsumen dalam keadaan alam. Perilaku Konsumen Lingkungan sosial selain berfungsi sebagai alat pemenuhan kebutuhan juga berfungsi kontrol terhadap perilaku individu. Karena individu terlibat dalam mengonsumsi benda benda dan jasa dari lingkungannya, maka dia memiliki perilaku konsumen. Sebagai konsumen, individu akan berada pada situasi yang mengharuskannya akan berada pada situasi yang mengharuskannya membuat keputusan. Proses memutuskan untuk membeli ada dua macam, yaitu proses yang biasa atau terbatas dan proses yang diperpanjang (extended). Ada beberapa definisi perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para pakar. 1. Menurut Engel (1995), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. 2. Menurut Loudon dan Bitta (1988) lebih menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang mensyaratkan individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa. 3. Menurut Kotler dan Amstrong (2006), mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: • Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. • Perilaku konsumen menyangkut suatu proses kepurtusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Memahami perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang tidak dimiliki oleh konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan. Sebagai contoh adalah banyaknya lakunya boneka Barbie yang sangat cantik dan tentu saja sangat disukai para anak perempuan. Mereka akan meminta kepada orang tuanya untuk membeli boneka tersebut meski harganya tidaklah murah. Setelah dibelikan oleh orang tuanya, maka anak tersebut akan meminta lagi peralatan untuk bonekanya yang harganya pun tidaklah murah, lalu mereka akan meminta dibelikannya boneka lagi dengan jenis yang berbeda sangatlah besar. Dari contoh diatas dapat dilihat bagaimana perilaku konsumen (anak perempuan dalam hal ini) dalam menanggapi adanya poduk baru di lingkungannya. Psikologi konsumen berkaitan pengaambilan keputusan dalam pemasaran Penelitian konsumen membantu perusahaan dan organisasi meningkatkan pemasaran mereka memahami strategi oleh isu-isu seperti bagaimana • Psikologi tentang bagaimana konsumen berpikir, merasa, akal, dan pilih antara alternatif yang berbeda (misalnya, merek, produk, dan pengecer); • Psikologi tentang bagaimana konsumen dipengaruhi oleh atau dia lingkungannya (misalnya, budaya, keluarga, tanda, media); • Perilaku konsumen saat berbelanja atau membuat keputusan pemasaran lainnya; • Keterbatasan pengetahuan konsumen atau kemampuan memproses informasi mempengaruhi keputusan dan hasil pemasaran; • Bagaimana konsumen motivasi dan strategi keputusan berbeda antara produk yang berbeda dalam tingkat pentingnya atau bunga yang mereka memerlukan untuk konsumen, dan • Bagaimana marketer bisa beradaptasi dan meningkatkan kampanye pemasaran dan strategi pemasaran untuk lebih efektif menjangkau konsumen. ” Satu “resmi” definisi perilaku konsumen adalah “studi individu, kelompok, atau organisasi dan proses yang mereka gunakan untuk memilih, aman, menggunakan, dan membuang produk, jasa, pengalaman, atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan dampak bahwa proses terhadap konsumen dan masyarakat. ” Walaupun tidak perlu untuk menghafal definisi ini, ia membawa Facebook beberapa hal yang berguna: • Perilaku terjadi baik untuk individu, atau dalam konteks kelompok (misalnya, teman mempengaruhi apa jenis pakaian seseorang memakai) atau organisasi (orang pada pekerjaan membuat keputusan untuk yang produk perusahaan harus menggunakan). • Perilaku konsumen melibatkan penggunaan dan pembuangan produk serta studi tentang bagaimana mereka dibeli. • menggunakan Produk sering menarik bagi pemasar, karena hal ini dapat mempengaruhi bagaimana sebuah produk adalah posisi terbaik atau bagaimana kita dapat mendorong peningkatan konsumsi. Karena masalah lingkungan banyak hasil dari penjualan produk (misalnya, oli motor yang dikirim ke sistem pembuangan untuk menghemat biaya daur ulang, atau sampah menumpuk di tempat pembuangan) ini juga merupakan daerah yang menarik. • Perilaku konsumen melibatkan jasa dan ide serta produk-produk nyata. • Dampak perilaku konsumen pada masyarakat juga relevansi. Sebagai contoh, pemasaran yang agresif dari makanan berlemak tinggi, atau pemasaran yang agresif kredit mudah, bisa berakibat serius bagi kesehatan nasional dan ekonomi. Ada empat aplikasi utama perilaku konsumen: • Yang paling jelas adalah untuk strategi pemasaran-yaitu, untuk membuat kampanye pemasaran yang lebih baik. Misalnya, dengan memahami bahwa konsumen lebih mudah menerima iklan makanan saat mereka lapar, kita belajar untuk menjadwalkan iklan snack sore. Dengan memahami bahwa produk-produk baru biasanya awalnya diadopsi oleh beberapa konsumen dan hanya menyebar kemudian, dan kemudian hanya secara bertahap, ke seluruh penduduk, kita belajar bahwa (1) perusahaan yang memperkenalkan produk baru harus dibiayai dengan baik sehingga mereka dapat tetap bertahan sampai produk mereka menjadi sukses komersial dan (2) adalah penting untuk menyenangkan pelanggan awal, karena mereka pada gilirannya akan berikutnya merek ‘pelanggan banyak pilihan mempengaruhi. • Sayangnya, Accutane mengakibatkan cacat lahir parah jika diambil oleh wanita hamil. Meskipun dokter diminta untuk memperingatkan pasien perempuan mereka ini, jumlah masih menjadi hamil saat mengambil obat.. Untuk mendapatkan perhatian konsumen, Federal Drug Administration (FDA) mengambil langkah membutuhkan yang grafis gambar yang sangat dari bayi cacat ditampilkan pada wadah obat. • \ Sosial melibatkan pemasaran mendapatkan ide menyeberang ke konsumen bukan menjual sesuatu. Marty Fishbein, seorang profesor pemasaran, melanjutkan cuti bekerja untuk Centers for Disease Control berusaha untuk mengurangi kejadian penularan penyakit melalui penggunaan narkoba ilegal. Solusi yang terbaik, jelas, akan jika kita bisa membuat pengguna obat terlarang untuk berhenti. bagaimanapun, dianggap tidak layak. Hal itu juga ditentukan bahwa praktek berbagi jarum terlalu tertanam di budaya obat harus dihentikan. Akibatnya, dengan menggunakan pengetahuan tentang sikap konsumen, Dr Fishbein menciptakan kampanye yang mendorong pembersihan jarum dengan pemutih sebelum berbagi mereka, sebuah tujuan yang diyakini lebih realistis. • Sebagai manfaat final, perilaku konsumen belajar harus membuat kita konsumen yang lebih baik. Akal sehat menunjukkan, misalnya, bahwa jika Anda membeli sebotol cairan 64 ons deterjen, Anda harus membayar kurang per ons daripada jika anda membeli dua botol 32 ons. Dalam prakteknya, bagaimanapun, Anda sering membayar premi ukuran dengan membeli kuantitas yang lebih besar. ain. Dengan kata lain, dalam hal ini, mengetahui fakta ini akan menyadarkan Anda ke perlu memeriksa label unit biaya untuk menentukan apakah Anda benar-benar mendapatkan murah. Ada beberapa unit di pasar yang dapat dianalisis. Tujuan utama kami dalam kursus ini adalah konsumen. Namun, kami juga akan perlu untuk menganalisis’s perusahaan sendiri kekuatan dan kelemahan dan orang-orang dari perusahaan yang bersaing. Anggaplah, misalnya, bahwa kita membuat suatu produk yang ditujukan untuk konsumen yang lebih tua, segmen berkembang. Sebuah perusahaan bersaing yang menargetkan bayi, pasar menyusut, kemungkinan akan mempertimbangkan reposisi terhadap pasar kami. Untuk menilai perusahaan potensial ancaman bersaing, kita perlu memeriksa aset (misalnya, teknologi, paten, pengetahuan pasar, kesadaran merek) terhadap tekanan yang dihadapi dari pasar. Akhirnya, kita perlu untuk menilai kondisi (lingkungan pemasaran). Sebagai contoh, meskipun kita mungkin telah mengembangkan produk yang menawarkan daya tarik yang besar bagi konsumen, resesi mungkin mengurangi permintaan secara dramatis. Prinsip Perceptual Organization yang Dikaitkan dengan Strategi Pemasaran. Pengorganisasian (perseptual organization) Manusia cenderung membuat keteraturan untuk hal-hal yang tidak teratur.Stimuli yang banyak datang dari lingkungan tidak diserap begitu saja. Setiap orang melakukan pengorganisasian terhadap stumuli tersebut. Adapun pengorganisasian stimuli dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu hubungan figur dan lataberlakang, pengelompokan dan penyelesaian. 1) figur dan latar belakang Misal sebuah foto yang di dalamnya ada ayah,ibu,anak dengan pemandangan lautnya. Keluarga adalah sebuah figur dan laut adalah latar belakang. Memang figur memperoleh porsi dominan dalam mendapat perhatian dibanding latar belakang. Karena setiap orang berusaha untuk melakukan seleksi terhadap stimuli.oleh karena itu tidak setiap stimuli memperoleh perhatian yang sama. Gambar adalah objek atau stimulus yang ditempatkan dalam suatu latar belakang. Konsumen cenderung memisahkan mana objek yang harus diperhatikan dan mana latar belakangnya. Pemasar harus membuat iklan dimana objek dan latar belakangnya mudah dibedakan. 2) pengelompokan orang-orang cenderung melakukan pengelompokan terhadap stimuli yang diterima, sehingga dapat membentuk kesan atau gambaran yang seragam. Jadi tujuannya adalah untuk mempermudah interpretasi. Orang biasanya mengelompokan stimulus sehingga membentuk satu kesatuan arti. Ketika teman anda menanyakan nomor telepon, Anda menyebut 586 15 15. Menyebutkan tiga angka pertama, kemudian berikutnya dua angka- dua angka, proses menyebutkan angka nomor telepon terpisah –pisah tersebut disebut sebagai pengelompokan (grouping) agar mudah diingat. 3) penyelesaian setiap orang cenderung untuk ”menyelesaikan”. Kecenderungan ini tercermin dari usaha untuk mengorganisasikan persepsi sehingga terbentuklah gambaran yang lengkap. Kalaupun pola stimuli tidak lengka, setiap orang cenderung menganggapnya lengkap.sadar atau tidak setiap orang cenderung berusaha mengisi bagian stimuli yang hilang, pada akhirnya lengkap menurut anggapann

Sabtu, 06 Oktober 2012

tugas softkill perilaku konsumen 3ea15

Nama : Nur Rahmi Mardiyah Npm : 15210144 Kelas : 3ea5 Perilaku Konsumen bisa Membantu Produk/penjualan. Dalam perkembangan konsep pemasaran, konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian. Para praktisi maupun akademisi berusaha mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan mampu meraih pangsa pasar yang tersedia. Pertama, Konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Misalnya saja ketika pemasar sebagian kecil saja dari suatu populasi, dan dengan karakteristik yang khusus, maka upaya-upaya pemasaran produk bisa diarahkan dan difokuskan pada kelompok tersebut. Kedua, perkembangan perdagangan pasa saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawawan tersebut bisa disebabkan oleh faktor seperti kualitas barang tidak layak, tidak memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, atau mungkin juga karena konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut. Perilaku konsumen dalam memilih dan membeli tidak lepas dari produk yang akan dibeli. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompotensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefenisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. PERILAKU KONSUMEN Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin yang bahwa perilaku konsumen sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk barang dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan tersebut. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Terdapat dua factor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu factor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi serta keluarga. Faktor lain adalah factor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. 1. Budaya Budaya yang ada dalam sekelompok masyarakat merupakan seperangkat aturan dan cara-cara hidup. Dengan adanya aturan dan cara-cara hidup, anggota dituntut untuk menjalani kehidupan yang serasi. Masyarakat diperkenalkan pada adanya baik-buruk, benar-salah dan adanya harapan-harapan hidup. Dengan aturan seperti itu orang akan mempunyai pijakan bersikap dan bertindak. Budaya adalah dinamis. Budaya secara berkelanjutan berevolusi, meramu gagasan-gagasan lama dengan kemasan baru dan seterusnya. Suatu area budaya terdiri atas area-area fungsional sebagai berikut: a. Ekologi merupakan system beradaptasi pada habitat/lingkungan. Ekologi ini dibentuk oleh teknologi yang digunakan untuk memperoleh dan mendistribusikan sumber daya. Sebagai contoh Negara Jepang sangat ahli dalam mencanangkan produk yang efesien karena mereka dihadapkan pada luas wilayah yang sempit. b. Struktur Sosial Merupakan wilayah yang berfungsi sebagai penjaga ketertiban kehidupan sosial. Struktur sosial ini meliputi kelompok politik domestic yang dominan dalam budaya. c. Ideology Merupakan karakteristik mental dari orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara mereka berhubungan dengan lingkungan dan kelompok sosial lainnya. Fungsi ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota masyarakat memiliki pandangan yang umum pada dunia, seperti bagaimana prinsip-prinsip moral, etos kerja dan prinsip-prinsip estetik. 2. Pengaruh Keluarga Pengaruh keluarga sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam pembelian produk untuk kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga didasarkan pada umur dan jenis kelamin anggota kelompok dalam keluarga. Dengan pertimbangan ini perlu memperhatikan siapa-siapa yang menjadi pengambilan keputusan dalam membeli keperluan rumaha tangga. Pengambil keputusan ini akan mempengaruhi: a. Iklan Ciri-ciri pembuatan keputusan keluarga mempengaruhi isi pesan iklan. Jika istri atau suami dalam pembuatan keputusan, pesan iklan harus diarahkan untuk memenuhi kelompok dominan tersebut. Masalah strategi yang lebih sulit muncul ketika keputusan dibuat bersama. Apakah seharusnya iklan diarahkan kepada suami atau istri, atau seharusnya satu iklan didesain untuk menarik kedua-duanya. b. Media Pemilihan media seharusnya didasarkan pada siapa yang lebih terlibat dalam pengambilan keputusan. Jika misalnya istri lebih dominant dalam pengambilan keputusan, yang berarti dia lebih terlibat daripada suami, maka media untuk menampilkan iklan juga harus media yang berorientasi pada perempuan dewasa. c. Pengembangan ProdukPersoalan yang muncul dalam masalah pengembangan produk adalah apakah produk yang dikembangkan hanya untuk satu anggota keluarga saja atau justru meliputi seluruh keluarga. Dalam pengembangan produk, terutama yang berkaitan dengan produk untuk anak-anak, seharusnya desain produk, terutama yang berkaitan dengan produk tidak berdasarkan pada selera si anak, (anak tidak/belum mempunyai pilihan yang tepat dan biasanya pengaruh ibu lebih besar) tetapi mendasarkan pada perspektif dan selera ibu. d. Penetapan Harga Strategi harga mungkin juga dipengaruhi oleh identifikasi pembuat keputusan. Artinya, harga yang ditentukan untuk suatu produk, harus mempertimbangkan tanggapan pengambil keputusan pembelian. Suami biasanya menentukan berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk mobil, sedangkan istri lebih banyak menentukan dalam pembelian peralatan rumah tangga. Dengan demikian, pemasar dalam menetukan harga mobil atau harga peralatan rumah tangga harus memperhatikan tingkat sensivitas suami atau istri. e. Distribusi Sifat-sifat pembuatan keputusan keluarga mungkin juga mempengaruhi strategi distribusi. Jika keputusan dibuat secara bersama, toko-toko membutuhkan jam buka lebih lama untuk mengakomodasi suami atau istri. Orientasi produk untuk masing-masing anggota keluarga, membutuhkan peralatan display yang terpisah. 3. Persepsi Konsumen Citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Periklanan (secara lebih luas komunikasi) yang tidak didasarkan pada realitas hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi daripada kenyataan yang dirasakan. Akibatnya ketidakpuasan akan muncul dan akhirnya konsumen mempunyai persepsi yang buruk terhadap citra organisasi. Yang penting disadari bahwa citra itu ada dalam realitas. Citra bukan apa yang dikomunikasikan, jika citra yang dikomunikasikan tidak sesuai dengan realitas. Ketika tidak ada konsistensi antara kinerja nyata dan citra yang dikomunikasikan, realitas akan menang. Komunikasi organisasi yang dirasakan tidak percaya, akan merusak citra bahwa mungkin lebih parah lagi. Jika terdapat masalah citra, manajemen harus menganalisis sifat-sifat masalah secara keseluruhan sebelum melakukan tindakan. Masalah komunikasi seharusnya diperbaiki dengan memperbaiki komunikasi. Bagaimanapun jika terdapat masalah yang nyata, misalnya jika citra yang buruk disebabkan kinerja yang jelek, citra hanya dapat diperbaiki dengan tidakan internal, yang bertujuan memperbaiki kinerja. 4. Faktor Psikologis Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama, yaitu: a.Motivasi Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis; kebutuhan tersebut muncul dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman. Kebutuhan yang lain bersifat psikogenis; kebutuhan itu muncul dari tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok. Kebutuhan akan menjadi motif jika ia didorong hingga mencapai level intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong seseorang bertindak. b.Persepsi adalah proses yang digunakan individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasikan masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang mungkin menganggap wiraniaga yang berbicara dengan cepat sebagai orang yang agresif dan tidak tulus, yang lain mungkin menganggap orang yang sama sebagai orang yang pintar dan suka membantu. c.Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan dan penguatan. d.Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Para pemasar sangat tertarik pada keyakinan yang ada di dalam pikiran orang tentang produk dan merek mereka. Keyakinan merek ada dalam memori konsumen. 5. Kepribadian dan gaya hidup Usaha untuk membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karaktristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. a. Usia dan tahap siklus hidup — orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi selama tahun-tahun awal hidupnya, beragam makanan selama tahun-tahun pertumbuhan dan kedewasaan, serta diet khusus selama tahun-tahun berikutnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. b. Pekerjaan dan ekonomi — Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka. c. Gaya Hidup — adalah pola hidup seseorang didunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar mencari hubungan antara produk mereka dan kelompok gaya hidup. B. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Loyalitas merek adalah keinginan melakukan dan perilaku pembelian uang. Dalam beberapa kasus tertentu, loyalitas merek mungkin adalah hasil dari aktivitas kognisi dan pengambilan keputusan ekstensif. Pasar untuk suatu merek tertentu dapat dianalisis dari sudut jumlah konsumen disetiap kategori dan strategi yang dapat dibuat untuk memperkuat loyalitas merek suatu group tertentu. 1. Loyalitas Merek tak terbagi (undivided brand loyalty) adalah kondisi yang ideal. Dalam beberapa kasus, karena alasan-alasan tertentu, konsumen benar-benar hanya mau membeli satu macam merek saja dan membatalkan pembelian jika merek tersebut ternyata tidak tersedia. 2. Loyalitas merek berpindah sesekali (brand loyalty an occasional switch) cenderung lebih sering terjadi. Kosumen kadang-kadang berpindah merek untuk berbagai macam alasan tertentu: Merek yang biasa dipakai mungkin sedang habis, suatu merek baru baru masuk kepasar dan konsumen mencoba-coba untuk memakainya, merek pesaing ditawarkan dengan harga yang khusus, atau merek yang berbeda dibeli untuk kejadian-kejadian tertentu saja. 3. Loyalitas merek berpindah (brand loyalty switch) adalah sasaran bersaing dalam pasar yang pertumbuhannya lamban atau sedang menurun. Misalnya, perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar celana jeans atau insdustri minuman keras sangat mengharapkan perpindahan mereka demi pertumbuhan jangka panjang mreka. 4. Loyalitas merek terbagi (divided brand loyalty) adalah pembelian dua atau lebih merek secara konsisten. Misalnya, sampo memiliki tingkat loyakitas merek yang rendah. Salah satu alasan untuk hal ini adalah bahwa rumah tangga membeli berbagai macam sampo untuk anggota keluarga yang berbeda-beda atau untuk tujuan yang berbeda. 5. Pengabaian merek (brand indifference) adalah pembelian yang tidak memiliki pola pembelian ulang yang jelas. Ini adalah posisi lawan dari loyalitas merek tak terbagi. Dalam beberapa hal, kategori loyalitas ini terasa tidak memadai. Namun intinya adalah bahwa ada beberapa tingkat loyalitas merek. Derajat loyalitas merek dapat dipandang sebagai suatu garis kontinum, dan ada berbagai indeks kuantitatif yang dapat dibuat untuk mengkategorikan loyalitas individu atau tumah tangga atau produk-produk tertentu. Dalam menjelaskan loyalitas merek terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan behavior menekankan bahwa loyalitas dibentuk oleh perilaku, dan oleh karena itu perilaku pembelian berulang adalah loyalitas, sementara itu pendekatan kognitif memandang bahwa loyalitas merek merupakan fungsi dari proses psikologi (decision making). Pendekatan mengukur loyalitas secara general belum berakhir, oleh karena itu generalisasi mengenai loyalitas tidak bisa dirumuskan. Namun demikian, terdapat beberapa karakteristik umum yang bisa diidentifikasikan apakah seseorang mendekati loyalitas atau tidak. Assel (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut: 1. Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri terhadap pilihannya. 2. Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat risiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya. 3. Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko. 4. Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek. Begitu juga dalam produsen, produsen disebut juga sebagai orang yang melakukan kegiatan produksinya. Pengertian dari produksi yaitu merupakan kegiatan menghasilkan atau mrenambah guna barang atau jasa, pengertian produksi memuat unsure sebagai berikut : • Kegiatan menghasilkan barang. • Kegiatan manambah nilai guna jadi dalam pengertian tersebut perilaku produsen tidak terlepas dari kegiatan guna menghasilkan maupun menambah nilai guna sumen bisa membeli merek produk yang diinginkan. C. Lingkungan Produk Lingkungan produk (product environment) adalah rangsangan yang berkaitan dengan produk yang ditujukan ke dan dipahami seluruhnya oleh konsumen. Umumnya, sebagian besar rangsangan tersebut melalui indera penglihatan, walaupun ada beberapa pengecualian. Misalnya bagaimana sebuah perangkat radio tape berbunyi atau bagaimana sebuah baju sutra dirasakan juga mempengaruhi kognisi, afeksi, dan perilaku konsumen. 1. Ciri-ciri Produk Produk dan ciri-ciri produk adalah perangsangan utama yang mempengaruhi afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen. Ciri-ciri tersebut dievaluasi konsumen dalam hal kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan, dan pengalaman pada masa lampau mereka. Pemasaran dan informasi-informasi lainnya juga mempengaruhi apakah pembelian dan penggunaan suatu produk akan menjanjikan sesuatu yang bermamfaat. Misalnya, ciri-ciri produk sebuah baju baru antara lain warna, material, panjang lengan, jenis dan jumlah kancing, dan jenis kancing, dan jenis kerahnya. 2. Kemasan Kemasan adalah elemen dari lingkungan produk yang untuknya pemasar menanamkan uang lebih dari 50 milyar dolar pertahun. Asal muasalnya ada empat sasaran pengemasan yang selalu dipertimbangkan. Pertama, kemasan harus melindungi produk di sepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya. Kedua, kemasan harus ekonomis dan tidak menambahkan biaya yang tidak dibutuhkan pada produk. Ketiga, kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah. Keempat, kemasan secara efektif dapat digunakan untuk mempromosikan produk kepada konsumen. Dalam strategi pengemasan produk harus mempertimbangkan: a. Warna kemasan — Dampak ini sekedar menarik perhatian konsumen dengan cara menggunakan warna yang menarik perhatian. Akan tetapi, selama ini para ahli berkeyakinan bahwa warna kemasan menggambarkan suatu makna bagi konsumen serta dapat digunakan secara strategis. Persepsi konsumen tentang suatu warna produk dapat berubah sejalan dengan perubahan warna kemasan. b. Identifikasi merek dan label informasi — ini akan memberikan rangsangan tambahan untuk dipertimbangkan oleh konsumen. Identifikasi merek untuk berbagai kasus dapat mempermuah pemebelian konsumen dan memungkinkan terjadinya proses pengembangan loyalitas. Termasuk dalam label informasi antara lain adalah instruksi penggunaan, kandungan, daftar bahan pembentuk atau bahan bku, peringatan penggunaan dan pemeliharaan produk dan sebagainya. STRATEGI PRODUK Strategi produk didesain untuk mempengaruhi konsumen baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, strategi produk baru didesain untuk mempengaruhi konsumen agar mau mencoba produk; untuk jangka panjang, strategi produk didesain untuk mengembangkan loyalitas merek dan mendapatkan pangsa pasar yang besar. A. Karakteristik Konsumen Dalam penganalisaan hubungan konsumen-produk, adalah penting untuk menyadari bahwa konsumen itu beragam dalam keinginan untuk mencoba suatu produk baru. Berbagai jenis konsumen yang berbeda dapat mengadopsi suatu produk baru pada tahapan siklus hidup produk yang berbeda pula. Salah satu fokus utama penelitian konsumen adalah untuk mengidentifikasi karakteristik inovator dan perbedaan mereka dari konsumen lainnya. Ulasan terhadap penelitian yang dilakukan ini menemukan bahwa inovator cenderung lebih berpendidikan dan lebih muda serta lebih memiliki mobilitas sosial, memiliki lebih banyak sikap yang cocok untuk menghadapi risiko (sikap petualang), partisipasi sosial yang lebih tinggi, dan lebih memiliki sikap kepemimpinan ketimbang konsumen lainnya. Inovator cenderung adalah pengguna berat produk-produk lain dalam kelas produk yang sama. Inovator dapat memiliki struktur pengetahuan yang berkembang lebih baik untuk suatu kategori produk tertentu. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengerti dan mengevaluasi produk-produk baru lebih cepat, dan dengan demikian juga lebih cepat mengadopinya ketimbang konsumen lainnya.’ B. Karakteristik Produk Karakteritik produk yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Kompabilitas (compability) adalah sejauh mana suatu produk konsisten dengan afeksi, kognisi, dan perilaku konsumen saat ini. Misalnya jika kondisi-kondisi lainnya dianggap sama, jika suatu produk ternyata tidak membutuhkan perubahan penting pada nilai-nilai dan kepercayaan konsumen atau pada perilaku pembelian dan penggunaan konsumen maka konsumen tersebut akan lebih cenderung mencoba produk tersebut ketimbang produk lainnya. 2. Kemampuan untuk diuji coba (trialability) — sejauh mana suatu produk dapat dicoba dalam jumlah yang terbatas, atau dipilih kedalam jumlah-jumlah yang kecil jika untuk melakukan uji coba ternyata membutuhkan biaya yang tinggi. 3. Kemampuan untuk diteliti (observability) — mengacu pada sejauh mana produk atau dampak yang dihasilkan produk tersebut dapat dirasakan oleh konsumen lain. Produk baru sering didiskusikan masyarakat sehingga cenderung diadopsi lebih cepat. 4. Kecepatan (speed) adalah seberapa cepat mamfaat suatu produk dipahami oleh konsumen. Karena sebagian konsumen masih berorientasi pad keputusan yang dengan cepat dirasakan ketimbang yang ditunda, produk yang dapat memberikan mamfaat lebih cepat cenderung berkemungkinan lebih tinggi untuk paling tidak dicoba oleh konsumen. 5. Strategi pemasaran sejumlah variasi karakteristik produk merupakan penyebab keberhasilan atau kegagalan produk dan merek. Walaupun tidak sepenuhnya merupakan suatu karakteristik produk, kualitas strategi pemasaran yang digunakan juga memiliki peran apakah suatu produk itu berhasil dan berkemampulabaan. Strategi pemasaran disini adalah dalam promosi, harga,dan distribusi. Upaya-upaya untuk mempertahankan pelanggan: Memberikan kepuasan yang tinggi. Dengan cara ini maka akan sulit bagi pesaing untuk masuk walaupun dengan harga yang lebih murah atau rangsangan lain.